Unsur
intrinsik novel :
- Judul : Azab dan Sengsara
- Tema : Kehidupan seorang gadis
- Tokoh :
§ Mariamin,
Aminudin,
§ Sutan
Baringin,
§ Nuria,
§ Ibunya
Aminuddin,
§ Istri
Aminuddin,
§ Baginda
Mulia,
§ Marah
Sait (Pakrol Bambu/Pengacara)
4.
Karakter :
-Mariamin :
Seorang gadis yang cantik, lemah lembut, berbakti kepada orang tua dan baik hati. Karakter baik hati dan berbakti kepada orang tua dapat dilihat dari penggalan percakapan, “Makanlah Mak dahulu, nasi sudah masak,” kata Mariamin seraya mengatur makanan dan sajur jang dibawanja sendiri dari gunung untuk ibunja yang sakit itu.
-Aminu’ddin:
Seorang gadis yang cantik, lemah lembut, berbakti kepada orang tua dan baik hati. Karakter baik hati dan berbakti kepada orang tua dapat dilihat dari penggalan percakapan, “Makanlah Mak dahulu, nasi sudah masak,” kata Mariamin seraya mengatur makanan dan sajur jang dibawanja sendiri dari gunung untuk ibunja yang sakit itu.
-Aminu’ddin:
Seorang anak yang berbudi pekerti luhur sopan santun, suka menolong,
berbakti dan sangat pintar. Berbudi pekerti luhur, jiwa penolng Aminudin dapat
dilihat dari penggalan dialog : “Ia menolong mencangkul sawah Mak Mariamin..
Udin mempunyai kasihan, itulah sebabnya ia menolong mamaknya.” Mendengar itu,
suaminya tinggal diam; Ia tiada marah mendengar umpatan itu.
-Sutan Baringin :
Seorang yang suka membuat masalah dan takabur dengan hartanya. Watak tidak baiknya itu dapat dilihat dari penarasian penulis sebagaimana berikut ini ; Sutan Baringin terbilang hartawan lagi bangsawan seantero penduduk sipirok. Akan tetapi karena ia sangat suka berperkara, maka harta yang banyak itu habis, sawah dan kerbau terjual, akan penutup ongkos-ongkos perkara, akhir-akhir jatuh miskin,
-Sutan Baringin :
Seorang yang suka membuat masalah dan takabur dengan hartanya. Watak tidak baiknya itu dapat dilihat dari penarasian penulis sebagaimana berikut ini ; Sutan Baringin terbilang hartawan lagi bangsawan seantero penduduk sipirok. Akan tetapi karena ia sangat suka berperkara, maka harta yang banyak itu habis, sawah dan kerbau terjual, akan penutup ongkos-ongkos perkara, akhir-akhir jatuh miskin,
sedang yang dicarinya dalam perkara itu tiada
seberapa bila dibandingkan dengan kerugian-kerugiannya.
-Nuria:
Seorang penyayang dan baik hati. Wujud kasih sayang itu sebagaimana dapat dilihat dari penggalan dialog berikut ini ; “Anakku sudah makan?” bertanya si ibu seraya menarik tangan budak itu, lalu dipeluknya dan diciumnya berulang-ulang.
-Baginda Diatas:
Seorang kepala kampung atau bangsawan yang kaya raya dan disegani serta dihormati. Hal itu dibuktikan dengan penggalan narasi langsung dari penulis sebagai berikut ; “Dia (Aminudin) adalah anak kepala kampung A. Ayah Aminu’ddin seorang kepala kampung yang terkenal di seantero Sipirok. Harta bendanya sangat banyak”.
-Ibu Aminu’ddin:
Mempunyai sifat yang sama seperti suaminya Baginda Diatas, dia juga penyayang.
-Nuria:
Seorang penyayang dan baik hati. Wujud kasih sayang itu sebagaimana dapat dilihat dari penggalan dialog berikut ini ; “Anakku sudah makan?” bertanya si ibu seraya menarik tangan budak itu, lalu dipeluknya dan diciumnya berulang-ulang.
-Baginda Diatas:
Seorang kepala kampung atau bangsawan yang kaya raya dan disegani serta dihormati. Hal itu dibuktikan dengan penggalan narasi langsung dari penulis sebagai berikut ; “Dia (Aminudin) adalah anak kepala kampung A. Ayah Aminu’ddin seorang kepala kampung yang terkenal di seantero Sipirok. Harta bendanya sangat banyak”.
-Ibu Aminu’ddin:
Mempunyai sifat yang sama seperti suaminya Baginda Diatas, dia juga penyayang.
- Setting :
-Latar
tempat:
Ø Di
sebuah gubuk di tepi sungai di kota Sipirok
Ø Di
sebuah gubuk di tengah-tengah sawah
Ø Sungai
di kota Sipirok
Ø Rumah
Mariamin yang besar
Ø Di
Medan (Deli) di rumah Kasibun(suami Mariamin)
Ø Di
kebun tempat Aminuddin bekerja
Ø Kampung
A yang dikepalai oleh Bapaknya Aminuddin
Ø Pekuburan
Mariamin di sebrang jalan kampung A
-Latar
waktu :
Terjadi pada senja, pagi hari, siang, dan malam hari
-Latar suasana :
Menyedihkan, senang, haru, tegang.
- Alur : Alur novel ini
campuran, yaitu alur maju dan alur mundur
- Point of view :
Orang pertama tunggal yang ditandai dengan
kata:
Ø Adinda
Ø Kakanda
Ø Anakanda
Ø Orang
kedua yang di tandai dengan kata:
Ø Anggi
(adik)
Ø Angkang
(Kakak)
- Ciri-ciri
: Diwarnai dengan menguatnya kesadaran individu dan menipisnya kesadaran
adat, roman ini juga menonjolkan penggambaran alam dan pengungkapan
perasaan. Pengungkapan perasaan itu, antara lain tercermin dalam
penggunaan pantun dan syair.
0 komentar:
Posting Komentar